Makalah ekonomi intern

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, setiap negara pasti ingin menjadi suatu negara yang memiliki tingkat keuangan yang tinggi. Untuk kemajuan tingkat keuangan suatu negara, pemerintahannya pasti membutuhkan informasi-informasi yang dapat menunjang hal itu. Informasi-informasi tersebut seperti tentang posisi keuangan negara sampai kegiatan-kegiatan ekonomi yan menghubungkan antar negara. Oleh karena itu sangat diperlukannya informasi-informasi tersebut, maka setiap pemerintahan disuatu negara membuat ikhtisar yang memuat banyak informasi keuangan yang disebut neraca pembayaran.
Neraca pembayaran mempunyai mekanisme yang akan menunjang dalam proses penyesuain dalam neraca pembayaran. Ada tiga mekanisme pembayaran atau proses penting yang menyangkut neraca pembayaran yaitu mekanisme harga, pendapatan, dan moneter. Ketiga proses penyesuaian tersebut sama pentingnya dalam pratik sehingga tidak ada yang bisa diabaikan karna ketiga mekanisme tersebut saling terkait.
Mekanisme harga adalah mekanisme penyesuaian neraca pembayaran lewat perubahan harga. Mekanisme harga ini bekerja secara penuh, dalam arti bisa membawa kembali neraca pembayaran ke posisi keseimbangan kembali dalam sistem standar emas penuh.
Mekanisme pendapatan didasarkan pada teori makro Keynes dimana secara khusus dilandaskan pada proses multiplier.Seandainya karena sesuatu hal penerimaan ekspor negara kita meningkat (∆X+), maka kenaikan penerimaan ekspor ini akan menimbulkan kenaikan pendapatan agregat (A Y) melalui proses multplier.
Mekanisme harga bukanlah murni mekanisme harga Sebelum harga naik atau turun, penyebab sesungguhnya adalah aliran uang masuk atau keluar negeri. Apabila terjadi surplus neraca pembayaran, maka uang akan mengalir masuk ke dalam negeri, Sehingga stok uang di dalam negeri bertambah.


Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan Mekanisme Harga?
Apakah yang dimaksud dengan Mekanisme Pendapatan?
Apakah yang dimaksud dengan Mekanisme Moneter ?
Apakah yang dimaksud dengan Teori Fleming-Mundell & IS-LM?

Tujuan
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah :
Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang mekanisme penyesuain neraca pembayaran
Membagi informasi kepada pembaca tentang mekanisme penyesuaian neraca pembayaran
Sedangkan tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mekanisme harga
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mekanisme pendapatan
Untuk mengetahui  apa yang dimaksud dengan mekanisme moneter
Untuk mengetahui  apa yang dimaksud dengan Teori Fleming-Mundell & IS-LM


BAB II
PEMBAHASAN
Mekanisme Harga
Mekanisme harga adalah mekanisme penyesuaian neraca pembayaran lewat perubahan harga. Mekanisme harga ini bekerja secara penuh, dalam arti bisa membawa kembali neraca pembayaran ke posisi keseimbangan kembali dalam sistem standar emas penuh. Pada hakekatnya, mekanisme hume dapat dilakukan untuk sistem-sistem moneter lain, hanya saja tidak secara penuh. Dalam sistem lain tak bisa diharapkan bahwa mekanisme harga saja bisa membawa neraca permbayaran ke arah posisi keseimbangan kembali.
Mekanisme harga dapat dilihat pada gambar 13.1, mekanisme harga bekerja seperti dalam contoh berikut. Karena suatu hal, ekspor tiba-tiba meningkat uang di dalam negeri meningkat, dan selanjutnya tingkat harga didalam negeri menjadi lebih tinggi daripada harga diluar negeri. Akibat selanjutnya adalah impor cenderung naik dan ekspor menurun. Jadi, baik impor maupun ekspor beraksi atau menyesuaikan diri terhadap perubahan tingkat harga.

Neraca Pembayaran
Stok uang dalam Negeri
Harga Relatif  (P = )
Ekspor (X) Impor (M)

X turun
Surplus    Naik                          Naik
M naik

X naik
Defisit    Turun                        Turun  
M turun

Gambar 13.1 Skema Mekanisme Harga


Mekanisme tersebut merupakan rangkaian dari dua tahap proses penyesuaian.Tahap yang pertama adalah peningkatan harga dalam negeri dan penurunan harga luar negeri, yang berakibat menurunnya harga relatif P.Tahap pertama ini didasarkan atas teori kuantitas, yaitu bahwa tingkat harga berubah sajalan dengan perubahan stok uang. Tahap yang kedua adalah reaksi dalam ekspor (X) dan impor (M) terhadap perubahan P tersebut. Logika nya tahap ini didasarkan pada teori penawaran-permintaan dan elastisitas harga.Dalam contoh sistem standar emas, kenyatannya berbagai faktor dapat menghambat pekerjaannya proses penyesuaian pada masing-masing tahap. Sebagai contoh, pada tahap pertama, surplus neraca pembayaran tidak otomatis mempengaruhi stok uang di dalam negeri naik.Kemungkinan besar pemerintah tidak menginginkan stok uang meningkat terlalu banyak demi kestabilan harga didalam negeri. Kemungkinan besar pemerintah tidak menginginkan stok uang meningkat terlalu banyak demi kestabilan harga dalam negeri. Pemerintah bisa mengenakan, misalnya, pajak ekspor. Apabila hal itu terjadi makan stok uang didaam negeri tidak akan meningkat setinggi yang diperlukan untuk menyeimbangkan kembali X dan M.
Contoh lain, apabila pada tahap penyesuain yang kedua, X dan M mempunyai elastisitas yang rendah terhadap perubahan harga P. Dalam hal ini perubahan X dan M tidak akan mencapai keseimbangan baru, atau kalaupun sampai pada posisi itu akan memakan waktu yang terlalu lama. Demikian pula sebaliknya apabila terjadi defisit dalam neraca pembayaran. Inti dari uraian diatas adalah bahwa mekanisme penyesuaian neraca lewat harga bisa efektif apabila :
Tingkat harga cukup fleksibel,yaitu bisa naik atau turun dengan mudah apabila stok uang berubah
Elastisitas X dan M terhadap perubahan P cukup tinggi.

Mekanisme Pendapatan
Mekanisme pendapatan didasarkan pada teori makro Keynes dimana secara khusus dilandaskan pada proses multiplier.Seandainya karena sesuatu hal penerimaan ekspor negara kita meningkat (∆X+), maka kenaikan penerimaan ekspor ini akan menimbulkan kenaikan pendapatan agregat (A Y) melalui proses multplier.Perubahan itu adalah :
∆Y = [(1)/(1-b)] ∆X
Dimana b adalah marginal propensity to consume,  dimana semakin tinggi pendapatan semakin besar pula jumlah yang diimpor.Dalam bentuk fungsi matematis dapat ditulis M = mY, di mana m adalah marginal propensity to impor. Kenaikan pendapatan agregat sebesar ∆Y  diatas akan diikuti dengan kenaikan impor kita dengan M∆Y. Apabila digabungkan dengan prsamaan untuk proses multiplier diatas, maka dapat diperoleh rumus yang menunjukkan berapa kenaikan impor (∆M) yang diakibatkan oleh kenaikan ekspor (∆X). Dalam persamaan matematis dapat ditulis M = [(m)/(1-b)] ∆X.
Dari persamaan diatas,bahwa kenaikan impor akan sama dengan kenaikan ekspor hanya apabila m = 1 - b atau b + m = 1. Bila syarat ini dipenuhi maka kenaikan ekspor secara otomatis (melalui mekanisme pendapatan) akan meningkatkan impor dengan jumlah yang sama sehingga keseimbangan neraca pembayaran akan tercapai. Hal ini berarti mekanisme pendapatan bisa secara otomatis mengembalikan neraca pembayaran keposisi keseimbangannya semula apabila terjadi perubahan keadaan, seperti misalnya kenaikan ekspor.
Mekanisme pendapatan saja biasanya tidak bisa diandalkan (untuk mengembalikan neraca pembayaran pada posisi keseimbangannya) apabila terjadi perubahan keadaan ekonomi lainnya. Baik mekanisme harga maupun mekanisme pendapatan hanyalah satu aspek dari mekanisme penyesuaian total bagi neraca pembayaran.

Mekanisme Moneter
Gambar 13.1 mengenai mekanisme harga bukanlah murni mekanisme harga Sebelum harga naik atau turun, penyebab sesungguhnya adalah aliran uang masuk atau keluar negeri. Apabila terjadi surplus neraca pembayaran, maka uang akan mengalir masuk ke dalam negeri,Sehingga stok uang di dalam negeri bertambah. Apabila terjadi defisit neraca pembayaran maka uang akan mengalir ke luar negeri, sehingga stok uang dalam negeri menurun. Dan akan mempengaruhi perubahan tingkat harga. Perubahan stok uang ini selanjutnya mengakibatkan perubahan tingkat harga (lihat gambar 13.2) namun sebenarnya naik dan turunnya stok uang tidak langsung mempengaruh harga, tetapi mempengaruhi pengeluaran agregat negara itu. Baru kemudian kenaikan atau penurunan pengeluaran agregat akan mempengaruhi tingkat harga, setelah pengeluaran ini bertemu dengan penawaran agregat dipasar barang.

Neraca Pembayaran
Stok Uang
Tingkat Bunga
Pengeluaran
Pendapatan
Impor


Surplus



Defisit

Naik



Turun

Turun



Naik

(+)(∆/)



(+)(∆/)

(+)(∆Y)=[(I)/(1-b)] (∆/)


(-)(∆Y)=[(I)/(1-b)] (∆/)


(+)(∆M)=[(m)/(1-b)] (∆/)


(-)(∆M)=[(m)/(1-b)] (∆/)


Gambar 13.2 Skema Mekanisme Harga




Mekanisme moneter juga erat kaitannya dengan mekanisme pendapatan. Dalam teori makro dijelaskan bahwa tingkat pengeluaran agregat akhirnya memengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkat agregat. Meskipun mekanisme sangat berhubungan dengan kedua mekanism sebelumnya, namun secara konsepsional harus dibedakan dari mekanisme harga maupun mekanisme pendapatan.
Sebagai contoh pada saat terjadi kenaikan ekspor,selain menaikkan pendapatan nasional melalui proses multiplier,kenaikan ekspor tersebut mempunyai konsekuensi terhadap stok yang beredar. Surplus neraca pembayaran cenderung meningkatkan stok uang yang beredar di dalam neger. Peningkatan pasokan uang ini selanjutnya memiliki pengaruh di pasar uang berupa penurunan tingkat harga.Menurunnya tingkat harga selanjutnya akan merangsang pengeluaran investasi (∆I) yang kemudian melalui proses multiplier meningkatkan pengeluaran agregat dan pendapatan agregat.
Namun menurut ekonomi yang lain, mekanisme moneter tidak seperti itu. Menurut mereka, kenaikan stok uang harus dikaitkan dengan apa yang terjadi dengan tingkat harga. Masyarakat memegang uang sebagai kemampuan membeli, artinya kita tidak melihat uang yang kita pegang dalam pengertian nominal,tetapi juga dalam arti riil (yaitu apabila harga-harga naik dua kali lipat,maka sebetulnya uang yang dipegang sebagai daya beli (uang riil) telah menurun menjadi setengahnya).Fakta ini yang disebut real balance atau money supply in real terms.
Apabila terjadi kenaikan ekspor, efek moneternya tergantung pada apa yang terjadi pada real balance masyarakat.Kenaikan ekspor tersebut akan mengakibatkan kenaika stok uang nominal di dalam negeri. Apabila kemudian tingkat harga di dalam negeri meningkat, misalnya karena masyarakat mengalami kenaikan pendapatan (∆I) sedang jumlah barang yang tersedia tidak bertambah sejalan dengan itu, maka kenaikan stok uang nominal tersebut belum tentu berarti kenaikan real balance masyarakat. Dalam keadaan seperti ini surplus neraca pembayaran yang diakibatkan oleh adanya ∆X tidak akan menghilang.Dalam keadaan seperti ini maka akibat akhir dari mekanisme moneter menurut golongan moneteris sama dengan apa yang diramalkan oleh golongan keynes. Secara ringkas , mekanisme moneter menurut golongan keynes dibandingkan dengan konsepsi golongan monetaris dapat dilihat pada gambar 13.3 dibawah ini.




Keynes :





Monetaris :







Gambar 13.3 perbandingan antara  mekanisme keynes dan monetaris

Mekanisme keynes didasarkan atas adanya pasar uang yang cukup berkembang, sehingga kenaikan stok uang tidak secara langsung mempengaruhi pengeluaran masyarakat, tetapi mencerminkan keadaan negara yang belum mempunyai pasar uang yang telah cukup berkembang. Dalam keadaan ini bila ada kenaikan stok uang masyarakat tidak terlalu mempertimbangkan apakah tambahan uang tersebut akan dipegang dalam bentuk uang tunai atau obligasi.Hal ini karena surat berharga memang belum banyak tersedia atau digunakan dalam negara berkembang.

Teori Fleming-Mundell & IS-LM
Perkembangan selanjutnya teori neraca pembayaran dikemukakan oleh M.J Fleming dan R.A Mundell (dalam Romberg R.R, 1977).Modelnya merupakan variasi dari model IS-LM untuk ekonomi yang sudah terbuka. Menurut Dornbusch,et al.(2004) anggapam yang digunakan untuk teori ini adalah negara kecil, sehingga negara tersebut tidak dapat mempengaruhi harga dan pendapatan dunia. Secara khusus, model Mundell-Fleming diuraikan dalam buku ini untuk menggambarkan hubungan antara nilai tukar nominal dan output ekonomi (seperti halnya hubungan antara tingkat harga dan output dalam model IS-LM) dalam jangka pendek.Kelebihan dari model Mundell-Fleming adalah model ini telah digunakan secara luas untuk menyatakan bahwa perekonomian tidak dapat secara bersamaan dalam : 1) mempertahankan tingkat bunga tetap, 2) pergerakan modal bebas, dan kebijakan moneter independen.Prinsip ini sering disebut Mundell-Fleming “Trilemma”. (gambar 14.4)

Exchange Rate Stability
Fixed Exchange Rate system + Open CA

Fixed Exchange Rate system +CA Restriction





Open kapital Account (Free Capital Mobility

Free Float Exchange Rate system + Open CA
Monetary Policy Independent










Gambar 13.4 Trilemma

Beberapa negara menganut sistem ini menunjukkan keberlangsungan ekonomi ditengah terpaan berbagai krisis ekonomi dan moneter.
Tabel 13.1 contoh negara yang mematuhi Trilemma

Free Capital Mobility
Independent Monetary Policy
Fixed Exchange Rate System
Examples

Capital Controls
No
Yes
Yes
China Before July 2005 Reform

Monetary Union
Yes
No
Yes
Hongkong,EU

Floating Exchange Rate System

Yes

Yes

No

Japan, Australia

Berikut ini penjelasan konsep Mundell-flemming yang menghasilkan konsep Trilemma ini. Model yang digunakan mengadopsi Model yang dikemukakan oleh keynes , yaitu:
Kurva IS: Y = C + I + G + NX
Dimana Y adalah GDP , C konsumsi, I adalah investment, G adalah Pengeluaran pemerintah dan NX adalah net exports
Masing – Masing komponen memiliki hubungan dengan variabel lainnya yaitu :
Persamaan konsumsi : C = C( Y – T,I – E(n)). Dimana C adalah konsumsi, Y adalah GDP, T adalah pajak, I adalah tingkat bunga, E (n) adalah tingkat inflasi yang diharapkan, E (n) adalah tingkat inflasi yang diharapkan. Disposable income yang lebih tinggi atau tingkat bunga yang lebih rendah rill (suku bunga nominal dikurangi inflasi yang diharapkan) menyebabkan pengeluaran konsumsi yang lebih tinggi.
Persamaan Investasi : I adalah investment, i adalah interest rate, E(n) adalah the expected rate of inflation, Y adalah  GDP pada periode sebelumya.
Persamaan otonomus government spending : G = G. Dimana G adalah  government spending yaitu variabel exogenous.
Persamaan net export: NX = NX (e,Y,Y*). Dimana NX adalah net export, e adalah real exchange rate, Y adalah GDP, Y* adalah GDP gabungan negara-negara yang menjadi mitra dagang asing. Mekanisme NX dijelaskan sebagai berikut. Pendapatan penduduk Negara A yang tinggi akan mendorong lebih banyak pengeluaran untuk Impor, sedangkan ekspor lebih rendah ( dengan demikian ekspor bersih akan rendah ). Jika pendapatan penduduk asing meningkat, maka hal ini menyebabkan permintaan ekspor terhadap negara A meningkat. Notasi E adalah nilai tukar yang akan menentukanaliran perdagangan antar Negara. Depresiasi nilai tukar Negara A akan mendorong ekspor Negara A, demikian sebaliknya jika nilai tukar terapresiasi akan mendorong kebutuhan impor lebih banyak.
Kurva LM: M/P = L(i,Y)
Dimana M adalah money supply, P adalah average price, L adalah liquidity, I adalah the interest rate and Y adalah  GDP.
Kurva BoP (Balance of Payments) = CA + KA (The BoP Curve (Balance Of Payments))
Dimana CA adalah the current account dan KA adalah the capital account.
CA = NX. Dimana CA adalah current account  dan NX adalah net exports.
KA = z(i – i*) + k. Dimana z adalah level of capital mobility, I adalah the interest rate,i adalah the foreign interest rate, k adalah capital investments sebagai komponen eksogen arus modal keuangan, z adalah komponen bunga- sensitive arus modal, dan turunan dari fungsi z adalah tingkat mobilitas modal ( pengaruh perbedaan antara domestic dan suku bunga asing atas arus modal KA.)
Mekanisme kerja model dapat digunakan dalam hal grafik IS-LM- BoP dengan tingkat bunga domestic diplot secara vertical dan GDP rill diplot horizontal ( Gambar 13.5) kurva IS miring ke bawah dan kurva LM miring ke atas,seperti dalam perekonomian tertutup analisi IS-LM; kurva BoP miring ke atas kecuali jika di asumsikan adanya mobilitas modal yang sempurna. Sumbu horizontal adalah tingkat suku bunga dunia. Pada grafik in, adalah kondisi mobilitas modal sempurna, posisi kedua kurva IS dan kurva BoP tergantung pada nilai tukar, karena grafik IS-LM sebenarnya adalah grafik dua dimensi dari ruang tiga dimensi yang melibatkan semua tingkat bunga,pendapatan,dan nilai tukar. Namun ,dalam mobilitas modal sempurna kurva BoP hanya horizontal pada tingkat suku bunga domestic sama dengan tingkat suku bunga dunia.

   i    LM
 
    IS
 
     FE


Y
Gambar 13.5 Mekanisme kerja model dapat digambarkan dalam grafik IS-LM BoP

Pembahasan model Mundell Fleming terbagi menjadi dua yaitu :
Rezim Flexible exchange rate
Pada rezim Flexible exchange rate, terdapat beberapa kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah dalam mempengaruhi neraca pembayaran, yaitu perubahan pada jumlah uang beredar, perubahan belanja pemerintah, dan perubahan suku bunga global. Perubahan pada jumlah uang beredar. Pada Flexible exchange rate, peningkatan jumlah uang beredar akan menggeser kurva LM  ke bawah. Hal ini secara langsung akan mengurangi tingkat suku bunga local dan pada gilirannya memaksa suku bunga local lebih rendah dari suku bunga global. Depresiasi nilai tukar mata uang local terjadi melalui capital outflow (uang mengalir keluar untuk mengambil keuntungan dari suku bunga yang lebih tinggi di luar negeri dan karenanya terdepresiasi mata uang). Kejadian depresiasi membuat barang-barang local lebih murah dibandingkan dengan barang-barang asing, kemudian fenomena ini meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Oleh karena itu ekspor bersih meningkat. Peningkatan ekspor bersih menyebabkan pergeseran kura IS ( yang merupakan  Y = C + I + G + NX ) ke kanan, ke titik di mana tingkat suku bunga local akan menyesuaaikan diri dengan suku bunga di tingkat global. Hal ini akan meningkatkan pendapatan secara keseluruhan dalam perekonomian local. Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa penurunan jumlah uang beredar akan menyebabkan kebalikan dari proses di dalam neraca pembayaran.
Perubahan belanja pemerintah. Tindakan pemerintah meningkatkan anggaran belanja akan menggeser kurva IS ke kanan. Pergeseran ini akan menyebabkan suku bunga local segera naik ke atas tingkat suku bunga global. Kenaikan bunga local akan menyebabkan arus modal masuk (inflow) dan selanjutnya akan membuat mata uang local akan menjadi lebih kuat di bandingkan dengan mata uang asing ( apresiasi). Nilai tukar yang kuat juga membuat barang-barang asing dirasakan lebih murah dibandingkan dengan barang-barang local. Kondisi ini mendorong impor yang lebih besar dan karenanya ekspor bersih yang lebih rendah. Akibatnya IS akan kembali ke lokasi semula di mana bunga local adalah sama dengan suku bunga global. Tingkat pendapatan ekonomi local tetap sama. Kurva LM sama sekali tidak berpengaruh. Berdasarkan penjelasan ini kita dapat menyimpulkan bahwa penurunan belanja pemerintah akan mengembalikan posisi neraca pembayaran kembali seperti semula.
Perubahan suku bunga global. Kenaikan suku bunga modal akan menyebabkan tekanan ke atas pada suku bunga local. Tekanan suku bunga akan mereda sampai suku bunga local mendekati tingkat suku bunga global. Ketika terjadi diferensial positif antara suku bunga global dan local, jika kurva LM dipertahankan tetap, maka modal akan mengalir keluar dari system ekonomi local. Akibat mengalirnya modal keluar maka terjadi depresiasi mata uang local dan selanjutnya depresiasi akan membantu meningkatkan jumlah ekspor bersih. Peningkatan jumlah ekspor bersih selanjutnya menggeser kurva IS ke kanan. Pergeseran ini akan terus ke kanan sampai tingkat suku bunga local setinggi tingkat suku bunga global. Kita dapat menyimpulkan bahwa penurunan suku bunga global akan menyebabkan hal yang berlawanan. Berdasarkan penjelasan ini kita dapat menyimpulkan bahwa penurunan suku bunga global akan mengembalikan posisi neraca pembayaran kembali seperti semula.
Kenaikan tingkat suku bunga global menggeser kurva BoP ke atas dan menyebabkan arus modal keluar dari ekonomi local. Mata uang local terdepresiasi dan meningkatkan ekspor neto, sehingga menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan. Dalam kondisi mobilitas modal sempurna, nilai tukar akan terdepresiasi dan segera menggeser kurva BoP kembali turun. Di dalam kondisi mobilitas modal yang sempurna, kurva BoP selalu horizontal pada tingkat suku bunga dunia. Kurva horizontal membuat kurva BoP bergeser ke atas dengan jumlah yang sama. Perubahan nilai tukar tertentu akan menggeser kurva IS ke lokasi dimana ia melintasi kurva BoP baru di persimpangan dengan kurva LM yang tetap (tidak berubah). Saat ini kita dapatkan tingkat bunga domestic sama dengan tingkat suku bunga global yang baru.

Rezim fixed exchange rate
Dalam system nilai tukar tetap bank sentral akan mengumumkan nilai tukar (rate parity) di mana mereka siap untuk membeli atau menjual setiap jumlah mata uang domestic. Di dalam system kurs tetap, bank sentral beroperasi di pasar valuta asing untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu. Jika ada tekanan depresiasi pada nilai mata uang domestic (karena pasokan mata uang domestic melebihi permintaan di pasar valuta asing, sehingga nilai mata uang domestic menjadi lebih murah). Untuk mempertahankan tingkat kurs pada tingkat tertentu,otoritas moneter local membeli mata uang domestic dengan mata uang asing untuk mengurangi pasokan mata uang domestik di pasar valuta asing.Hal ini membuat tingkat mata uang domestik dipertukaran pada tingkat yang ditargetkan.Jika ada tekanan aspresiasi  pada nilai mata uang domestik (karena permintaan mata uang asing melibihi pasokan di pasar valuta asing),otoritas local membeli mata uang asing dengan mata uang domestik untuk meningkatkan pasokan mata uang domestic di pasar valuta asing.Semua tindakan ini bertujuan agar nilai tukar pada tingkat yang ditargetkan.
Dengan sistem kurs tetap,bank sentral  setempat atau otoritas moneter hanya akan mengubah jumlah uang beredar untuk mempertahankan tingkat nilai tukar.Jika ada tekanan apresiasi nilai tukar,pemerintah setempat akan meningkatkan cadangan devisanya dengan membeli mata uang asing dengan mata uang lokal.Ini akan mengembalikan nilai tukar ke tingkat sebelumnya.Ketika ada tekanan depresiasi ,otoritas akan membeli mata uang dengan cadangan devisanya untuk mengembalikan mata uang pada tingkat sebelumnya. Kebalikan dari tindakan devaluasi adalah revaluasi.
Pembahasan pada rezim fixed exchange rate mirip dengan pembahasan pada rezim flexible exchange rate . Terdapat beberapa kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah dalam mempengaruhi neraca pembayaran, yaitu perubahan pada jumlah uang yang beredar,perubahan belanja pemerintah,dan perubahan suku bunga global.
Perubahan  jumlah uang yang beredar . Pada jangka pendek jumlah uang beredar biasanya ditentukan oleh situasi masa lalu aliran pembayaran internasional.Jika bank sentral menjaga nilai tukar yang konsinsten dengan sirplus neraca pembayaran,uang akan mengalir ke negara itu dan jumlah uang beredar akan naik (dan sebaliknya untuk devisit pembayaran).Jika bank sentral  melakukan operasi pasar terbuka di pasar obligasi domestic dalam rangka mengimbangi perubahan neraca pembayaran yang disebabkan jumlah uang yang beredar (proses yang disebut (terilisasi ),hal itu akan menyerap uang domestic dengan mengurangi kepemilikan domestik obligasi  (atau sebaliknya jika uang yang mengalir ke luar negeri).
Perubahan belanja pemerintah .Peningkatan belanja pemerintah akan menggeser kurva IS ke kanan .Akibat pergeseran ini suku bunga naik,maka terjadi apresiasi  nilai tukar. Dalam rangka mempertahankan  nilai tukar dan menghilngkan tekanan itu ,otoritas moneter akan membeli mata uang asing dengan mata uang lokal sampai tekanan apresiasi hilang (yaitu agar kembali ke tingkat semula).Tindakan otoritas moneter adalah menggeser kurva LM bersama-sama dengan arah pergeseran IS yang terjadi sebelumnya .Tindakan otoritas moneter melalui peningkatan jumlah mata uang lokal di pasar sampai nilai tukar kembali ke tingkat semula.Pada akhirnya ,nilai tukar dapat dipertahankan tetap dan terjadi peningkatan perekonomian.
Perubahan suku bunga global.Jika terjadi kenaikan suku bunga global ,terjadi pergeseran kurva BoP KE atas, akibatnya arus modal mengalir keluar.Situasi ini mengakibatkan depresiasi pada mata uang lokal (akibat dari penjualan uang lokal untuk membeli mata uang lokal dengan cara menjual beberapa cadangan mata uang asing untuk menampung aliran ini. Penurunan jumlah uang beredar yang dihasilkan dari arus keluar,menggeser kurva LM  ke kiri sampai memotong kurva IS dan BoP.Pada kasus ini kurva LM memainkan peran pasif, dan penyesuaian ditentukan oleh interaksi kurva IS dan kurva BoP.
Dalam mobilitas modal yang sempurna,kurva BoP terletak horizontal pada tingkat bunga domestic akan sama dengan tingkat bunga dunia. Jika tingkat bunga global yang menurun dibawah tingkat domestik, kurva  BoP bergeser ke bawah, akibatnya uang asing mengalir masuk dan mata uang domestic terapresiasi (dalam hal ini terjadi  kelebihan penawaran mata uang asing sehingga mata uabg domestik semakin berharga). Situasi ini mendorong bank sentral menjual mata uang domestic dan membeli mata uang asing. Masuknya uang asing menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan, akibatnya tingkat bunga domestik menjadi lebih rendah (serendah tingkat bunga dunia jika ada mobilitas modal sempurna).
Perlu dicatat bahwa beberapa hasil dari model ini berada dari IS-LM Karena asumsi perekonomian terbuka. Hasil perekonomian terbuka di sisi lain termasuk untuk hasil yang diperkirakan oleh IS-LM dan model mundell-Fleming. Alasan untuk hasil tersebut adalah karena open macro economy memiliki dua karakteristik suatu autarki dan small open economy.
Dalam IS-LM, suku bunga akan menjadi komponen kunci dalam membuat pasar uang dan pasar barang terjaga dalam keseimbangan. Dalam model mundell-Fleming ekonomi kecil (small economy), untuk menjaga suku suku bunga pada tingkat tetap dan pasar dalam keadaan seimbang hanya dapat dicapai dengan perubahan kurs nominal.
Kondisi Marshall-Lerner dan Kurva J
Ekananda (2003) merangkum dan menjelaskan kajian teoretis pengaruh nilai tukar pada perdagangan. Hubungan nilai tukar terhadap perdagangan menimbulkan berbagai kontroversi dalam melihat pengaruh nilai tukar terhadap perdagangan, yaitu dapat positif, negatif, atau nol yang berarti tidak mempunyai pengaruh apa-apa (Rivera-Batiz (1994), p.336.). Trade balance dipengaruhi oleh nilai tukar riil (S), bukan nilai tukar nominal (E). Perubahan yang akan terjadi pada nilai tukar riil (S) akan dipengaruhi oleh kondisi harga barang domestik (P) dan harga barang luar negeri (P*) yang juga dipengaruhi oleh perubahaan nilai tukar nominal. Jika uang domestik terdepresiasi (E meningkat) maka dapat menyebabkan harga barang domestik meningkat pada proporsi yang sama di mana tidak akan mengubah nilai tukar riil (S). Tetapi jika depresiasi uang domestik tersebut tidak menyebabkan perubahan pada harga barang domestik pada proporsi yang sama, maka terjadi perubahan pada nilai tukar riil (S).
Berikut ini penjelasan dampak nilai tukar pada neraca pendagangan. Pengaruh bersih depresiasi pada neraca perdagangan tidak pasti, karena peningkatan pada nilai tukar riil (E) juga akan mempengaruhi sisi impor, yaitu meningkatkan jumlah harga yang harus dibayar akibat adanya impor. Hasilnya, sesuai dengan persamaan di atas, meskipun terjadi penurunan pada impor, jumlah total yang harus dibayar untuk barang impor akan Meningkat karena nilai tukar riil(E) juga meningkat.Perubahan pada salah satu akan meatu faktor penentu akan mengubah faktor yang lain secara berkeseimbangan.
 Jika Xt adalah nilai ekspor  ( dalam nilai demostik,contoh rupiah ) It adalah nilai impor (dalam nilai domestik ,contoh rupiah) kita dapat menulis QX = Xt/PX sebagai ekxpor riil dan QI = J/PI sebagai impor riil.Di mana PI adalah harga barang impor dalam bentuk mata uang domestik di mana PI = EPI*,E adalah niminal nilai tukar,PI*adalah harga nondomestik dan P adalh harga barang pada dasar domestik.trade Balance dalam riil (yaitu dalam bentuk harga barang domestik)ditulis sebagai :
B = Pendapatan dari ekspor –pengeluaran dari impor = X/PX – E. I/PI
Kita mengukur trade balance di mana harga impor relatif terhadap harga pada pasar domestik.
                              B = QX – (PI/P)(I/I) dan menjadi B = QX –
Di mana E = PI/P mengukur harga relatif impor terhadap barang pada dasar domestik.Perubahan B menjadi :
ΔB =  –  -
Jika dibagi dengan ΔE menjadi bentuk:
 ={  - E – }
Atau sama dengan ∆E menjadi bentuk :
 =  {   - E  –  }
 =  {   -   – }
Jika perdagangan dalam keadaan seimbang, maka  =  persamaan diatas menjadi:
 =  {   -   – 1}
Dalam sistem neraca perdagangan ini tingkat responsif antara permintaan ekspor
domestik dan impor terhadap depresiasi mata uang domestik berlainan. Tingkat responsif ini dapat disebut sebagai elastisitas harga permintaan untuk ekspor domestik dan impor domestik. Elastisitas harga permintaan untuk ekspor barang domestik ini dinyatakan sebagai :
=
Makin tinggi ƞ* semakin besar respons ekspor terhadap perubahan pada nilai tukar riil
(E). Elastisitas harga permintaan untuk impor barang domestik ini dinyatakan sebagai :
=
Makin Tinggi  semakin besar respons impor karena perubahan pada nilai tukar riil (E).
Maka persamaannya menjadi   =  (+- 1) atau sama dengan ∆B =
Peningkatan harga relatif E Akan merefleksikan nominal depresiasi. Maka persamaan
diatas, diperbaikan trade balance (∆B > 0) dicapai untuk kondisi :
∆B =   ∆E(+- 1) > 0
(+- 1) > 0 atau (+> 1 )
Fungsi ini dikenal sebagai Mashall-lerner condition, yang menyatakan bahwa pengaruh langsung dari depresiasi mata uang domestik pada neraca perdagangan positif jika jumlah dari elastisitas harga dari permintaan akan ekspor domestik dan impor domestik melebihi 1 (satu). Jika di asumsikan marshall –lerner condition berlaku, maka depresiasi pada nilai tukar akan memperbaiki neraca perdagangan pada setiap tingkat pendapatan. Uraian diatas menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar akan memberikan perubahan pada ekspor maupun impor, tetapi efek perubahan pada neraca pembayaran ( BoP) tidak pasti bergantung kepada elastisitas keduanya (sensitivitas nilai tukar terhadap komponen neraca perdagangan).
Kondisi marshall- lerner memberikan implikasi meningkatkan pengaruh perubahan nilai tukar pada perdagangan, yaitu dengan meningkatkan sensitivitas perubahan nilai tukar pada perdagangan terhadap perubahan pada harga relatif.  Kondisi ini menjelaskan bahwa melihat pengaruh nilai tukar terhadap trade balance adalah melihat sensitivitas aliran perdagangan terhadap perubahan relatif harga, berbagai hambatan dalam menerapkan kondisi ini disebabkan oleh hal-hal berikut :
Adanya data agregat yang digunakan dalam perdagangan.
Penggunaan nilai tukar riil yang didasarkan pada consumer price index, indeks harga perdagangan besar, dan indeks harga agregat lainnya. Harga ini tidak mencerminkan perilaku setiap barang.
Perubahan pada kebijakan perdagangan.





BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ada tiga mekanisme pembayaran atau proses penting yang menyangkut neraca pembayaran yaitu mekanisme harga, pendapatan, dan moneter. Ketiga proses penyesuaian tersebut sama pentingnya dalam pratik sehingga tidak ada yang bisa diabaikan karna ketiga mekanisme tersebut saling terkait.
Mekanisme harga atau mekanisme hume adalah mekanisme penyesuaian neraca pembayaran lewat perubahan harga. Mekanisme harga ini bekerja secara penuh dalam arti bisa membawa kembali neraca pembayaran ke posisi keseimbangan dalam sistem standar emas penuh .
Mekanisme pendapatan didasarkan pada teori makro keynes didasarkan atas adanya pasar uang yang cukup berkembang sehingga kenaikan stok uang tidak secara langsung mempengaruhi pengeluaran masyarakat tetapi lebih dulu melewati pasar uang. Sebaliknya mekanisme moneter nampaknya lebih mencerminkan keadaan negara yang  Belum mempunyai pasar uang uang yang lebih berkembang.
Mekanisme moneter juga erat kaitannya dengan mekanisme pendapatan. Dalam teori makro dijelaskan bahwa tingkat pengeluaran agregat akhirnya mempengaruhi  dan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan agregat. Meskipun mekanisme moneter sangat berhubungan  dengan kedua mekanisme sebelumnya. Namun secara konsepsional  harus dibedakan dari mekanisme harga maupun mekanisme pendapatan.
Teori Mundell-Fleming menyatakan bahwa perekonomian tidak dapat secara  bersamaan dalam mempertahankan tingkat bunga tetap tukar, pergerakan modal bebas, dan kebijakan moneter independen.
SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih sangat terdapat kesalahan dan masalah yang tentunya akan mengundang pertanyaan yang berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun. Oleh karena itu :
kepada dosen yang bersangkutan agar kiranya tetap senantiasa memberikan bimbingan demi kesempurnaan makalah ini.
kepada teman-teman atau pembaca kami dari penulis sangat mengharapkan agar apa yang ada dalam makalah ini kita coba mengkajinya, kemudian memberikan tanggapan berupa kritik dan saran sifatnya membangun dan mengambil nilai-nilai yang bisa menjadi pengetahuan untuk kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Syahril, 1996. Ekonomi Internasional. PT. Raja Grafindo Persada . Jakarta.
Ekananda,Mahyus , 2015. Ekonomi Internasional. Erlangga. Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ALAT PERAGA

MAKALAH STANDAR KOMPETENSI DA KOMPERENSI DASAR

Makalah Teori Adam Smith