MAKALAH HADIS PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan enteraksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam situasi tertentu. Mengajar lebih Spesifik lagi melaksanakan proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat begitu saja tanpa direncanakan sebelumnnya, akan tetapi mengajar itu merupakan suatu kegiatan yang semestinya direncanakan desain sedemekian rupa mengikuti langkah-langkah prosedur tertentu.
Etika / akhlak merupakan salah satu prosedur dalam pembelajaran, Dalam menjalin hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan ahlakul karimah, Dalam pengertian filsafat islam etika/akhlak ialah salah satu hasil dari iman dan ibadat, bahwa iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau timbul etika/akhlak yang mulia dan muamalah yang baik tarhadap Allah dan MakhlukNya.
Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik merupakan suatu subyek dan obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk memebnatu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimliki serta membimbinnya menuju kedewasaan. Oleh karena itu peserta didik / murid sebagai pihak yang diajar, dibina dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan islamnya harus mempunyai etikadan berakhlakul kariamah baik kepada guru maupun maupun dengan yang lainnya.
Rumusan Masalah
Apa hadis tentang etika siswa terhadap guru ?
Apa makna dari hadis tentangetika terhadap guru ?
Apa saja adab dan etika siswa terhadap gurunya ?
BAB II
PEMBAHASAN
Hadis Tentang Etika Siswa Terhadap Guru
Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi ).
Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena Allah. Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw
· إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim ).
Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali setelah mendapat izin dari guru.
Hadist tentang Etika Menjawab Pertanyaan ketika sedang berbicara
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رَضِيَ اللَّـهُ تَعَالَى عَنْهُ ـ أَنَّهُ قَالَ :بَيْنَمَا النَّبِيُّ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ : مَتَى السَّاعَةُ ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّـهِ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ : بَلْ لَمْ يَسْمَعْ ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ : أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ ؟ قَالَ : هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّـهِ ، قَالَ : فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ . قَالَ : كَيْفَ إِضَاعَتُهَا ؟ قَالَ : إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ ، فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ.
Artinya : dari Abu Huroiroh berkata ketika Nabi sedang berada di majlis sedang berbicara terhadap suatu kaum dan sedang mengajar. Datanglah seorang badui bertanya Ya Rasul kapan Kiamat, maka Rasul tetap melanjutkan mengajarnya. Sebagian orang berpendapat Nabi mendengar yang dikatakan Badui, tetapi Nabi tidak suka terhadap pertanyaan dan sebagian yang lain Nabi tidak mendengar. Sampai selesai mengajar Beliau bersabda mana orang tadi bertanya tentang hari Kiamat? Orang itu menjawab : Saya Ya Rasululloh. Rasul bersabda : Apabila Amanah sudah disia-siakan maka tunggulah kiamat. Orang itu bertanya lagi Apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan Amanah? Nabi bersabda “Apabila urusan itu diserahkan bukan pada Ahlinya maka tunggulah Kiamat”
Penjelasan :
Didalam Hadits ini Rasul mencontohkan etika adab menjawab pertanyaan ketika proses pembelajaran dan pembahasan yang berbeda (diluar tema Pembahasan). Orang badui bertanya kepada Rasul kapan kiamat, sedang Rasul mengajarkan lain kepada para sahabatnya (Pembahasan yang lain). Maka Nabi tidak memotong pelajarannya tetapi melanjutkan dan menyelesaikan sampai selesai pelajarannya.
Makna Hadis Tentang Etiak Siswa Terhadap Guru
Adab-adab ketika berada didepan guru yaitu :
Adab duduk
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”
Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.”
Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi gurunya”.
Adab berbicara
Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.
Para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka tidak pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara. Di hadist Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan,
كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).
Sungguh adab tersebut tak terdapatkan di umat manapun.
Adab dan Etika Seorang Murid Terhadap Gurunya
Adapun adap seorang murtid terhadap gurunya adalah sebagai berikut . yaitu;
Berpakaian rapi dan sopan lagi bersih.
Bersikap sopan santun dihadapan guru.
Murid menanyakan beberapa masalah penting bagi manusia seperti tentang aqidah, ibadah dan akhlak yang harus dilakukan selama hidup didunia ini.
Hendaknya seorang murid menjaga diri dari mendengarkan perselisihan diantara mereka, baik yang ditekuni itu termasuk ilmu dunia ataupun akhirat.Karena itu akan membingungkan akal dan pikirannya, dan membuatnya putus asa dari melakukan pengkajian dan telaah mendalam.
Seorang penuntut ilmu tidak boleh meninggalkan suatu cabang ilmu yang terpuji, atau salah satu jenis ilmu, kecuali ia harus mempertimbangkan matang-matang dan memperhatikan tujuan dan maksudnya.
Hendaknya seorang tidak menekuni semua bidang ilmu secara sekaligus melainkan memulai dengan yang lebih mudah.
Hendaklah seorang murid tidak memasuki suatu cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu yang sebelumnya.
Hendaklah mengetahui faktor penyebab adanya ilmu yang mulia. Yang dimaksud adalah kemulian hasil, kekokohan dan kekuatan dalil.
Hendaklah tujuan murid di dunia adalah semata-mata untuk menghias dan mempercantik hatinya dengan keutamaan, dan akhirat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan diri untuk bisa berdekatan dengan makhluk tertinggi dari kalangan malaikat dan orangorang yang didekatkan (muqorrobin).
Hendaklah mengetahui kaitan dengan tujuan agar supaya mengutamakan yang tinggi.
Dan juga perlu disadari, bahwa hormat dan patuh kepada gurunya bukanlah manifestasi penyerahan total kepada guru yang dianggap memiliki otoritas, melainkan karena keyakinan murid bahwa guru adalah penyalur kemurahan Tuhan kepada para murid di dunia maupun di akhirat. Selain itu juga didasarkan atas kepercayaan bahwa guru tersebut memiliki kesucian karena memegang kunci penyalur ilmu pengetahuan dari Allah. Dengan demikian, dalam kontek kepatuhan santri pada guru hanyalah karena hubungannya dengan kesalehan guru kepada Allah, ketulusannya, dan kecintaanya mengajar murid-murid.
Etika seorang siswa terhadap gurunya dalah sebagai berikut, yaitu ;
Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.
Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena allah.
Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali mendapat izin dari guru.
Mengikuti anjuran dan nasehat guru.
Bila berbeda pendapat dengan guru, berdiskusi atau berdebat lakukanlah dengan cara yang baik.
Jika melakukan kesalahan segera mengakuinya dan meminta maaf kepada guru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hadis tentang erika murid terhadap gurunnya.
Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi ).
Makna hadis tentang etika murid kepada gurunya.
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”
Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.
Adab dan etika murid kepada guru.
Dan juga perlu disadari, bahwa hormat dan patuh kepada gurunya bukanlah manifestasi penyerahan total kepada guru yang dianggap memiliki otoritas, melainkan karena keyakinan murid bahwa guru adalah penyalur kemurahan Tuhan kepada para murid di dunia maupun di akhirat. Selain itu juga didasarkan atas kepercayaan bahwa guru tersebut memiliki kesucian karena memegang kunci penyalur ilmu pengetahuan dari Allah. Dengan demikian, dalam kontek kepatuhan santri pada guru hanyalah karena hubungannya dengan kesalehan guru kepada Allah, ketulusannya, dan kecintaanya mengajar murid-murid.
Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesurangan jadi kami sebagai penumenyarankan pembaca untuk menambah sumber referensi, karena dalam makalah ini masih kekurangn sumber referensi hal ini karena kuranya referensi yang kami dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Zaruddin Ma’emun, Hadis Tarbawi: Hadis Tentang Etika Siswa Terhadap Guru, (http://blogspot.co.id) diamabil pada tanggal 17 Desember 2018, pukul 20.07.
Safinah Lailan, Hadis Tentang Etika Siswa Terhadap Guru, (http://blogspot.co.id) diamabil pada tanggal 17 Desember 2018, pukul 19.10.
Muslim.or.id, Hadis Tentang Etika Siswa Terhadap Guru, (http://www.muslim.or.id) diambil pada 18 Desember 2018, pukul 20.00.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan enteraksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam situasi tertentu. Mengajar lebih Spesifik lagi melaksanakan proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan dapat begitu saja tanpa direncanakan sebelumnnya, akan tetapi mengajar itu merupakan suatu kegiatan yang semestinya direncanakan desain sedemekian rupa mengikuti langkah-langkah prosedur tertentu.
Etika / akhlak merupakan salah satu prosedur dalam pembelajaran, Dalam menjalin hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan ahlakul karimah, Dalam pengertian filsafat islam etika/akhlak ialah salah satu hasil dari iman dan ibadat, bahwa iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau timbul etika/akhlak yang mulia dan muamalah yang baik tarhadap Allah dan MakhlukNya.
Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik merupakan suatu subyek dan obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk memebnatu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimliki serta membimbinnya menuju kedewasaan. Oleh karena itu peserta didik / murid sebagai pihak yang diajar, dibina dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan islamnya harus mempunyai etikadan berakhlakul kariamah baik kepada guru maupun maupun dengan yang lainnya.
Rumusan Masalah
Apa hadis tentang etika siswa terhadap guru ?
Apa makna dari hadis tentangetika terhadap guru ?
Apa saja adab dan etika siswa terhadap gurunya ?
BAB II
PEMBAHASAN
Hadis Tentang Etika Siswa Terhadap Guru
Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi ).
Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena Allah. Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw
· إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim ).
Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali setelah mendapat izin dari guru.
Hadist tentang Etika Menjawab Pertanyaan ketika sedang berbicara
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رَضِيَ اللَّـهُ تَعَالَى عَنْهُ ـ أَنَّهُ قَالَ :بَيْنَمَا النَّبِيُّ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ : مَتَى السَّاعَةُ ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّـهِ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ : بَلْ لَمْ يَسْمَعْ ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ : أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ ؟ قَالَ : هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّـهِ ، قَالَ : فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ . قَالَ : كَيْفَ إِضَاعَتُهَا ؟ قَالَ : إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ ، فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ.
Artinya : dari Abu Huroiroh berkata ketika Nabi sedang berada di majlis sedang berbicara terhadap suatu kaum dan sedang mengajar. Datanglah seorang badui bertanya Ya Rasul kapan Kiamat, maka Rasul tetap melanjutkan mengajarnya. Sebagian orang berpendapat Nabi mendengar yang dikatakan Badui, tetapi Nabi tidak suka terhadap pertanyaan dan sebagian yang lain Nabi tidak mendengar. Sampai selesai mengajar Beliau bersabda mana orang tadi bertanya tentang hari Kiamat? Orang itu menjawab : Saya Ya Rasululloh. Rasul bersabda : Apabila Amanah sudah disia-siakan maka tunggulah kiamat. Orang itu bertanya lagi Apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan Amanah? Nabi bersabda “Apabila urusan itu diserahkan bukan pada Ahlinya maka tunggulah Kiamat”
Penjelasan :
Didalam Hadits ini Rasul mencontohkan etika adab menjawab pertanyaan ketika proses pembelajaran dan pembahasan yang berbeda (diluar tema Pembahasan). Orang badui bertanya kepada Rasul kapan kiamat, sedang Rasul mengajarkan lain kepada para sahabatnya (Pembahasan yang lain). Maka Nabi tidak memotong pelajarannya tetapi melanjutkan dan menyelesaikan sampai selesai pelajarannya.
Makna Hadis Tentang Etiak Siswa Terhadap Guru
Adab-adab ketika berada didepan guru yaitu :
Adab duduk
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”
Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada di dalam majelis.”
Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi gurunya”.
Adab berbicara
Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.
Para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka tidak pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara. Di hadist Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu juga menjelaskan,
كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا
“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).
Sungguh adab tersebut tak terdapatkan di umat manapun.
Adab dan Etika Seorang Murid Terhadap Gurunya
Adapun adap seorang murtid terhadap gurunya adalah sebagai berikut . yaitu;
Berpakaian rapi dan sopan lagi bersih.
Bersikap sopan santun dihadapan guru.
Murid menanyakan beberapa masalah penting bagi manusia seperti tentang aqidah, ibadah dan akhlak yang harus dilakukan selama hidup didunia ini.
Hendaknya seorang murid menjaga diri dari mendengarkan perselisihan diantara mereka, baik yang ditekuni itu termasuk ilmu dunia ataupun akhirat.Karena itu akan membingungkan akal dan pikirannya, dan membuatnya putus asa dari melakukan pengkajian dan telaah mendalam.
Seorang penuntut ilmu tidak boleh meninggalkan suatu cabang ilmu yang terpuji, atau salah satu jenis ilmu, kecuali ia harus mempertimbangkan matang-matang dan memperhatikan tujuan dan maksudnya.
Hendaknya seorang tidak menekuni semua bidang ilmu secara sekaligus melainkan memulai dengan yang lebih mudah.
Hendaklah seorang murid tidak memasuki suatu cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu yang sebelumnya.
Hendaklah mengetahui faktor penyebab adanya ilmu yang mulia. Yang dimaksud adalah kemulian hasil, kekokohan dan kekuatan dalil.
Hendaklah tujuan murid di dunia adalah semata-mata untuk menghias dan mempercantik hatinya dengan keutamaan, dan akhirat adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan diri untuk bisa berdekatan dengan makhluk tertinggi dari kalangan malaikat dan orangorang yang didekatkan (muqorrobin).
Hendaklah mengetahui kaitan dengan tujuan agar supaya mengutamakan yang tinggi.
Dan juga perlu disadari, bahwa hormat dan patuh kepada gurunya bukanlah manifestasi penyerahan total kepada guru yang dianggap memiliki otoritas, melainkan karena keyakinan murid bahwa guru adalah penyalur kemurahan Tuhan kepada para murid di dunia maupun di akhirat. Selain itu juga didasarkan atas kepercayaan bahwa guru tersebut memiliki kesucian karena memegang kunci penyalur ilmu pengetahuan dari Allah. Dengan demikian, dalam kontek kepatuhan santri pada guru hanyalah karena hubungannya dengan kesalehan guru kepada Allah, ketulusannya, dan kecintaanya mengajar murid-murid.
Etika seorang siswa terhadap gurunya dalah sebagai berikut, yaitu ;
Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.
Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena allah.
Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali mendapat izin dari guru.
Mengikuti anjuran dan nasehat guru.
Bila berbeda pendapat dengan guru, berdiskusi atau berdebat lakukanlah dengan cara yang baik.
Jika melakukan kesalahan segera mengakuinya dan meminta maaf kepada guru.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hadis tentang erika murid terhadap gurunnya.
Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi ).
Makna hadis tentang etika murid kepada gurunya.
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”
Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan ayahnya.
Adab dan etika murid kepada guru.
Dan juga perlu disadari, bahwa hormat dan patuh kepada gurunya bukanlah manifestasi penyerahan total kepada guru yang dianggap memiliki otoritas, melainkan karena keyakinan murid bahwa guru adalah penyalur kemurahan Tuhan kepada para murid di dunia maupun di akhirat. Selain itu juga didasarkan atas kepercayaan bahwa guru tersebut memiliki kesucian karena memegang kunci penyalur ilmu pengetahuan dari Allah. Dengan demikian, dalam kontek kepatuhan santri pada guru hanyalah karena hubungannya dengan kesalehan guru kepada Allah, ketulusannya, dan kecintaanya mengajar murid-murid.
Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesurangan jadi kami sebagai penumenyarankan pembaca untuk menambah sumber referensi, karena dalam makalah ini masih kekurangn sumber referensi hal ini karena kuranya referensi yang kami dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Zaruddin Ma’emun, Hadis Tarbawi: Hadis Tentang Etika Siswa Terhadap Guru, (http://blogspot.co.id) diamabil pada tanggal 17 Desember 2018, pukul 20.07.
Safinah Lailan, Hadis Tentang Etika Siswa Terhadap Guru, (http://blogspot.co.id) diamabil pada tanggal 17 Desember 2018, pukul 19.10.
Muslim.or.id, Hadis Tentang Etika Siswa Terhadap Guru, (http://www.muslim.or.id) diambil pada 18 Desember 2018, pukul 20.00.
Komentar
Posting Komentar