makalah konsep marxis
A.
LATAR BELAKANG
Pada
pertengahan abad ke-20 pemikiran-pemikiran Marx dan Engel dimodifikasi
oleh Lenin.
Marx meramal kapitalisme jatuh dan
digantikan oleh sosialisme di negara Kapitalis Paling maju.
Lenin justru berteori bahwa sosialisme
muncul pertama kali di negara kapitalis paling Lemah. Lenin melakukan revolusi
di Rusia, yang dikenal dengan revolusi Bolshevik Tahun1917.
Kaum revisionis yang dipimpin oleh
Bernstein dan Kausky juga ingin melakukan perubahan-perubahan sosial secara
damai. Mereka menginginkan agar sosialisme dijadikan sebagai pilihan sukarela
melalui proses politik demokratik, bukan lewat paksaan.
Sosialisme ini di Eropah menjadi
berkembang.
Pada
tahun 30-an Lange dan Lerner mengembangkan teori sosialisme pasar yg didasarkan pada
manajemen industri yg terdesentralisasi &
penggunaan penetapan harga yg ditetapkan
secara trial and error oleh suatu badan perencana.
Pada tahun 50-an hingga 70-an Sosialisme
pasar dikelola kaum pekerja. Model ini dikembangkan di Yugoslavia dan Hongaria.
Di Soviet berkembang aliran ortodoks baru
yang percaya bahwa kapitalisme akan hancur secara peralahan-lahan sebagai
dampak krisis yang dialami secara umum.
Di Eropah berkembang sebuah aliran sosialis
yang dikenal dengan aliran kiri baru (New Left)
Kaum kiri baru percaya bahwa tranformasi
kapitalisme perlu harus dilakukan oleh kaum terpelajar dan intelektual.
Tahun 90-an datanglah masa kehancuran bagi
negara-negara sosialis/komunisme. Pada Masa itu Soviet di bawah Mikhail
Gorbachev melancarkan Glanost dan Perestoika yang secara langsung maupun tidak
langsung berarti ditinggalkannya pemikiran-pemikiran Marx dan Engels serta
Lenin.
Zona
Peralihan
(Transition Zone)
Merupakan daerah yg mengalami penurunan
kualitas lingkungan permukiman secara terus menerus.Penyebabnya adanya
pembauran permukiman dgnbangunan bukan
permukiman seperti: gudang,
kantor perdagangan & industri ringan
dari zona 1 yangbanyak menyaplok daerah permukiman. Penyekatanrumah
menjadi lebih banyak kamar untuk menampung pekerja/buruh. Proses yg terus menerus mengakibatkan
terbentuknya daerah permukiman kumuh yg semakin cepat. Kemudian juga out flow penduduk yang
sudah mampu ekonominya keluar
daerah.
B. LENINISME
Vladimir Ilich Lenin (1870-1924) adalah
bapak revolusi Rusia. Mendirikan negara
komunis pertama di Rusia. Maksud ini tercapai melalui Revolusi Bolshevik 1917.
1.KAPITALISME MONOPOLI DAN IMPERIALISME
Menurut Lenin, kapitalisme pada tahap akhir
akan mengarah ke monopoli. Negara kapitalis monopoli akan didominasi oleh
perusahaan2 raksasa, kartel & monopoli.Sebagian besar diantaranya
beroperasi atas basis internasional. Bangkitnya monopoli sebagai organisasi ekonomi
dominan merupakan pertanda bagi tahap akhir kapitalisme.
2.
TEORI PEMBANGUNAN YANG TAK IMBANG
The theory of uneven development menurut
Lenin, pertumbuhan di setiap negara tdk sama, termasuk dinegara2
kapitalis. Menurut Lenin, hukum tentang
pembangunan tak imbang menjamin
kompetisi & konflik global diantara negara2 imperialis sewaktu mereka
berebut kontrol atas sumber-sumber & pasar
negara2 jajahan.
Berdasarkan argumentasi di atas Lenin
kemudian melancarkan revolusi Bolshevik 1917 di Rusia, dan berhasil
mendirikan Negara sosialis/komunis pertama di dunia. Lenin
juga pendiri partai komunis pertama di dunia, yaitu partai Bolshevik (partai
Komunisrusia) di bawah Lenin, Rusia (kemudian menjadi Uni Soviet) adalah negara
pertama melaksanakan pembangunan melalui perencanaan terpusat.
C.
REVISIONISME
Pemikiran Sosialis sesudah Marx dan Engels berfokus pada dua tema :
Tema pertama tentang kemungkinan alokasi
sumber daya yang efisien dalam suatu perekonomian sosialis pasar.
Tema kedua adalah kemungkinan perubahan
kapitalisme menjadi sosialisme tanpa melalui revolusi kekerasan.
Pakar- pakar sosialis yang mengangap
kejatuhan kapitalisme tidak harus revolusi kekerasan. Inilah yang
diklarisifikasikan sebagai aliran pemikir revisionis kadang disebut juga deviationists.
TOKOH-TOKOH REVISIONIS
Edward Bernstein (1850-1932) Menurut Bernstein, revolusi proletariat selain
tidak diperlukan juga kemungkinan
terjadinya sangat kecil. Dalam jangka
panjang masyarakat yang sudah lebih
terdidik ini akan memilih sosialisme
secara sukarela tanpa harus melalui
jalan kekerasan.
Mikhail Tugan-Baranovsky (1865-1919)
Menurut Tugan teori Marx tentang krisis
dan kejatuhan kapitalisme keliru. Ia percaya kapitalisme bisa saja berkembang
tanpa batas. Masyarakat harus bekerja
pelan-pelan dan melalui tahap demi tahap
yang terencana bagi pengadopsian
sosialisme tanpa melalui jalan revolusi kekerasan.
Karl Kautsky (1854-1938) Kautsky melakukan serangan balik pertama atas
revisi Bernstein tentang
teori-teori Mark. Tahun 1902 ia memformulasikan pandangannya bahwa suatu depresi
yang kronis akan mendorong kaum pekerja
memilih alternatif sosialisme dan bahwa reformasi sosial tidak akan menghentikan
antagonisme kelas-kelas masyarakat.
D. ALIRAN
KIRI BARU (The New Left)
Secara sederhana,aliran kiri baru dapat
diartikan sebagai kombinasi dari Marxisme-Leninisme Ortodoks dgn pemikiran2
radikal baru. Perhatian terhadap
Marxisme muncul lagi dengan diterbitkannya
buku Monopoly Capital oleh Paul Baran
& Paul Sweezy tahun 1966, yg memfokuskan perhatian pada aspek monopolistik
perusahaan-perusahaan raksasa dlm
perekonomian modern.
Wright
mills (1916-1962). Menulis buku The Power Elite 1956 mengungkapkan bahwa negara
kapitalis Amerika Serikat semakin
dikuasai oleh kelompok elite yg terdiri
atas pengusaha-pengusaha besar &
pemilik modal yang berkolaborasi dengan
pemerintah dan pemimpin-pemimpin serikat buruh.
Ernest Mandel1968 menulis buku Marxist
Economic Theory. Buku ini mereview dan membuat
penjelasan-penjelasan yang lebih
sederhana sehingga teori-teori ekonomiMarxis bisa lebih mudah dibaca oleh
masyarakat awam. Kaum radikal pada umumnya lebih menyukai
gagasan desentralisasi administrasi dan
sosialisme pasar. Sinyal-sinyal diberikan pada perencana lewat
keputusan-keputusan pembelian juga lebih
diminati kaum radikal tersebut.
TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL MARXISME.
Akhir perang dingin yang ditandai dengan
runtuhnya pertain komunis yang memerintah Rusia dan Eropa timur sekaligus
merupakan kemenangan bagi kaum kapitalis penganut pasar bebas. Saat itu banyak
pihak yang beranggapan bahwa peristiwa tersebut juga menunjukkan kegagalan
teori Marx. Sedangkan partai-partai komunis yang masih bertahan seperti di
China, Vietnam, dan Kuba tidak dapat diperhitungkan sebagai ancaman bagi
hemegony kapitalisme global. Bahkan negara-negara yang masih menganut paham
komunis ini dipaksa untuk menerima logika ”pasar” di negaranya yang disusung
kaum kapitalis. Lebih parah lagi di Korea utara di mana kekuasaan ekonomi dan politik
berada di bawah kendali negara justru rakyatnya mengalami kelaparan. Hal ini
seolah mempertegas bahwa paham komunis tidak lagi dapat dijadikan sebagai suatu
alternative.
Namun sepuluh tahun setelah perang dingin
usai, paham Marxis mengalami pembaharuan. Setidaknya ada dua alasan mengapa hal
ini terjadi: Pertama, setelah runtuhnya Uni Soviet yang merupakan pukulan telak
bagi para penganut Marx, para pemikir Marxis banyak melakukan kritik dan
pembaharuan terhadap teori Marx. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu
pemikiran baru yang lebih realistis daripada utopia Karl Marx mengenai tatanan
masyarakat yang ideal. Kedua, barang kali justru yang paling penting, Teori
Sosial Marx sebenarnya memiliki kekuatan dalam hal analisis krisisnya. Para
penganut kapitalisme ortodox beranggapan bahwa pasar akan bergerak menuju
keseimbangan dan kestabilan, namun pada prakteknya hal itu tidak pernah
terjadi. Kejatuhan pasar saham pada tahun 1987 dan krisis ekonomi yang terjadi
di Asia pada tahun 1990an menunjukkan bahwa paham kapitalis pun masih rentan
terhadap gangguan. Menurut Marx gangguan- gangguan tersebut justru merupakan
bagian yang inheren dengan sistem itu sendiri.Secara utuh mungkin paham Marx
akan sangat sukar untuk bangkit kembali, namun banyak konsep-konsepnya yang
masih sangat relevan untuk digunakan sebagai alat analisis yang baik terhadap
gejala-gejala sosial yang terjadi khususnya dalam politik internasional.
Menurut Marxis, untuk memahami politik dunia terlebih dahulu harus memahami
proses-proses yang terjadi di dalam kapitalisme dunia. Bahkan lebih jaum Marxis
berpendapat bahwa efek dari kapitalisme global akan menyebabkan si kaya semakin
kaya atas sumbangan dan hasil kerja kaum miskin dan pekerja. Menurut UNDP pada
laporannya tahun 1996, kekayaan 358 orang milyuner dunia sama dengan income
seluruh penduduk paling miskin dunia yang berjumlah 45% dari populasi penduduk
dunia. Dalam bahasa Marx “Akumulasi kekayaan di salah satu titik pada saat yang
sama merupakan akumulasi kesengsaraaan di sisi lainnya”. Elemen-elemen Esensial
dari Teori Politik DuniaKaum Marxis Pemikiran-pemikiran Marx sangatlah banyak
dan seringkali berubah seiring waktu. Hal ini menyebabkan banyak pnerus
pemikirannya yang memiliki penafsiran yang berbeda-beda bahkan kontradiktif.
Banyak pemikir yang mengklaim idenya dikembangkan secara langsung dari ajaran
Marx. Dalamhal teori politik dunia setidaknya ada empat aliran utama yang
masing- masing memiliki elemen-elemen esensial tersendiri yang memiliki
pengaruh tersendiri terhadap sistem politik dunia. Keempat aliaran tersebut
adalah teori sistem dunia, paham Gramci, teori kritis, dan Marxisme baru.
Keempat aliran teori tersebut berpendapat bahwa sistem sosial dunia hendaknya
dipandang sebagai satu kesatuan. Dalam mempelajari sistem sosial dunia sebagai
suatu kesatuan, bagi golongan ini pembagian dalam beberapa bidang disiplin ilmu
yaitu sejarah, filsafat, ekonomi, ilmu politik, sosiologi dan hubungan
internasional justru tidak mendatangkan suatu manfaat karena satu disiplin ilmu
saja tidak akan dapat memahami fenomena yang ada tanpa sudut pandang lainnya.
Sistem sosial dunia harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dalam
”Magnum Opus” volume satu, Karl Marx menyatakan bahwa, untuk memahami sistem
sosial dunia maka secara metodologi dapat dimulai dari hubungan sosial yang
paling sederhana kemudian menigkat pada sistem hubungan sosial yang lebih
komples dan begitu seterusnya. Namun kebutuhan untuk melakukan operasionalisasi
terhadap konsep sistem politik dunia yang total menuntut para ahli teori Marxis
untuk malampaui batasan yang merupakan karakteristik disiplin ilmu pengetahuan
sosial kontemporer dan membuat suatu pemahaman yang sesuai mengenai dinamika
politik dunia.
Elemen pemikiran Marxis lain dalam konteks
ini adalah konsep sejarah materialis yang menyatakan bahwa perubahan sejarah
yang terjadi tidak lain adalah refleksi dari perkembangan ekonomi masyarakat.
Oleh karena itu perekonomian merupakan motor penggerak bagi perubahan atau
perkmbangan masyarakat. Dinamika utama dalam konsep ini adalah hubungan yang
terjadi antara tata cara dan sumberdaya produksi (tekhnologi, buruh, dan
peralatan) serta relasi organisasi produksi (struktur organisasi, relasi dengan
pemerintah, masyarakat). Secara bersama-sama kedua hal ini membentuk dasar bagi
perekonomian suatu masyarakat. Seiring dengan tata cara produksi yang
berkembang, sebagai contoh dengan adanya kemajuan teknologi, maka akan ada
penyesuaian baru terhadap relasi produksi yang selama ini berlaku. Hal ini akan
mendorong pada perubahan dasar ekonomi masyarakat dan perubahan sosial.
Perubahan dasar perekonomian rakyat akan mengarah pada perubahan peraturan dan
superstruktur politik. Kelas memainkan peran utama dalam analisis Marxis.
Sebaliknya kaum liberal berpendapat bahwa terdapat hubungan sosial yang
harmonis antar berbagai kelompok sosial,Marxis berpendapat bahwa masyarakat
terbagi dalam konflik antar kelas. Dalam Comunist Manifesto Marx dan Engel
mengatakan bahwa sejarah masyarakat selalu diwarnai dengan konflik antar kelas
contohnya seperti borjuis dan proletar. Bagi Marx politik dunia tidak untuk
diintepretasikan saja namun untuk dirubah. Marx sangat memperhatikan
faktor-faktor pendorong emansipasi. Perhatian Marx ini bukan merupakan suatu
jastifikasi terhadap suatu fenomena sosial yang dapat menjadi suatu kepercayaan
jangka panjang atau dogma. Namun Marx berpendapat bahwa setiap argumen
MarxismeTeori Marxisme lahir dari pemikiran Karl Marx (1818-1883), seorang
filosofis politik dan revolusionis berkebangsaan Jerman, serta Friedrich Engels
(1820-1895), revolusioner ekonomi politik yang juga berkebangsaan Jerman.
Mereka berdua membangun suatu pemikiran politik yang mereka sebut sebagai
sosialisme ilmiah yang kemudian dipahami sebagai komunisme. Pemikiran Karl Marx
dan Friedrich Engels menempatkan landasan konseptual terhadap revolusi dan
rezim komunis pada abad ke-20. Pada tahun 1847 mereka bergabung dalam kelompok
kecil pemimpin kelas pekerja dalam Liga Komunis yang tak lama kemudian mereka
diminta untuk merombak ulang program kelompok tersebut. Dalam Communist
Manifesto (1848) Marx dan Engels meleburkan semua pembaharuan yang terjadi
sebelumnya yang disebut sebagai sosialis utopian, mengklaim bahwa harapan
mereka terhadap properti komunal tidak akan dapat dicapai dalam masyarakat
kapitalistik. Marx dan Engels mendorong para pekerja di dunia untuk bersatu
dalam mencapai sosialisme ilmiah, atau komunisme. Berawal dari teori filosofis
Jerman Georg Wilhelm Friedrich Hegel, mereka mengumumkan komunisme sebagai
teori yang tidak sentimental yang berasal dari hukum kekal dari sejarah.
Para pendukung Marxis memandang sistem
internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi
modal. Periode kolonialisme membawa masuk berbagai sumber daya untuk
bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor,
sementara dekolonisasi membawa masuk kesempatan baru dalam bentuk dependensi
(ketergantungan).
Teori Marxisme menolak akan pandangan kaum
Liberalis dan Realis yang lebih mengutamakan aspek politik daripada aspek ekonomi.
Hal ini dikarenakan fokus utama Marxisme adalah aspek ekonomi, sedangkan
Realisme dan Liberalisme lebih fokus pada konflik dan kerja sama antar negara.
Dalam hubungan antara ekonomi dan politik, kaum Marxis sepakat dengan kaum
Merkantilis bahwa politik dan ekonomi sangat berkaitan. Keduanya menolak
pandangan kaum liberal tentang ekonomi otonom dimana sistem ekonomi dapat
berjalan dengan hukumnya sendiri tanpa campur tangan politik. Mereka juga
menolak pandangan kaum realis dimana politik yang mempengaruhi ekonomi. Tetapi
sementara kaum merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum marxis
menempatkan ekonomi pertama dan politik yang kedua, yakni ekonomi yang
mempengaruhi politik. Marxisme juga menolak pandangan kaum Realis dan Liberalis
mengenai relasi antar negara, dimana kaum realis memandang hubungan
internasional sebagai zero-sum game (win-lose) dan kaum liberalis yang
memandang hubungan internasional sebagai positive-sum gam (win-win). Menurut
pandangan Marxisme, setiap hubungan relasional pasti konfliktual. Lebih
spesifik lagi, Marx menyatakan bahwa dalam sistem internasional selalu terjadi
konflik antar kelas. Hal ini menunjukkan bahwa Marx menspesifikasi aktor-aktor
dalam hubungan internasional dalam kelas bourgeoisie dan kelas proletariat,
dimana terdapat hubungan interdependensi antar kelas, sehingga konflik antar
kelas tidak dapat dihindari yang dikarenakan kesenjangan antara kelas
bourgeoisie dengan kelas proletariat.
Marx mengakui bahwa eksploitasi terhadap
kaum pekerja oleh kaum kapital adalah sesuatu yang tak terhindarkan.
Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu wujud relasi interdepensi antar
kelas sosial. Hubungan antar kelas dalam sistem sosial, menurut Marx, akan
berlangsung secara harmonis apabila terjadi konflik antar kelas di dalamnya.
Masih menurut pemikiran Marx, konflik yang dikarenakan eksploitasi kelas
proletariat oleh kelas bourgeoisie tersebut akan memicu timbulnya aksi dan
reaksi antar kelas yang disebutnya sebagai harmonisasi relasi antar kelas
sosial.
Impian kaum Marxism adalah penghapusan
kelas-kelas dalam sistem sosial maupun sistem internasional. Menurut mereka,
satu-satunya cara untuk menghilangkan konflik antar kelas adalah dengan cara
peleburan antara kedua kelas tersebut sehingga kesenjangan antara kedua kelas
dapat dihilangkan. Pada negara-negara yang menganut konsep Marxisme (yang
kemudian disebut dengan sistem komunis Marxis), hal ini direalisasikan dengan,
misalnya, pengalihan kepemilikan faktor produksi dari individu dan swasta ke
pemerintah serta pemerataan pendapatan masing-masing warga negara.
Pemikiran Marxisme ini muncul pada kondisi
industrialisasi, dimana terdapat pembagian struktur masyarakat dalam dua
kelompok, yakni kelompok pemilik modal dan kelompok pekerja. Teori ini
mengasumsikan bahwa dalam sistem sosial aktor-aktor yang terlibat di dalamnya
terbagi dalam dua kelas, yakni kelas bourgeoisie dan kelas proletariat. Kelas
bourgeoisie merupakan kalangan yang memiliki faktor produksi, sedangkan kelas
proletariat merupakan kalangan yang memiliki hasil produksi. Berbeda dengan
kaum liberalis yang lebih memfokuskan perhatian pada kaum kapital, maka kaum
sosialis lebih memfokuskan perhatian pada kaum pekerja. Menurut pandangan kaum
sosialis, sistem perekonomian sangat bergantung pada kaum proletariat sebagai
pemilik SDM. Asumsi mereka, apabila kelas proletariat membatasi hasil produksi
mereka maka kegiatan produksi milik kelas bourgeoisie tidak akan berjalan.
Sehingga dalam kondisi seperti ini, kaum proletariat memgang kendali atas
sistem perekonomian.
Dasar pemikiran Karl Marx mengenai
pembagian kelas tersebut dalam hubungan internasional juga diimplementasikan
dalam sistem internasional. Negara-negara maju dimana dalam sistem
internasional merupakan negara yang kuat dan berkuasa disebut negara core dan
negara berkembang disebut negara periphery. Fenomena kesenjangan antara negara
core dengan negara periphery disebut dengan istilah comparative gain (menurut
kaum kapitalis) atau absolute gain (menurut kaum marxis). Dari sudut pandang
kaum liberalis, comparative gain dipandang sebagai keuntungan kolektif yang
timbul karena adanya hubungan interdependensi antar negara. Namun kaum marxisme
memandang fenomena tersebut sebagai absolute gain dimana relasi interdependensi
antar negara diwujudkan dalam bentuk yang eksploitatif secara halus oleh negara
core terhadap negara periphery.
Strukturalisme (neo-Marxisme) muncul
dikarenakan banyaknya kritik yang ditujukan terhadap pemikiran Marxis. Kritik
tersdebut terutama datang dari kalangan Realis. Menurut kaum Realis, kalangan
Marxis mengabaikan peranan negara yang krusial, baik secara defensif maupun
ofensif. Kaum Realis memandang bahwa negara merupakan satu-satunya institusi
legal yang dapat melindungi individu terhadap berbagai ancaman dari luar
dirinya dikarenakan negara memiliki otoritasi berupa hukum dan kebijakan yang
dijalankan oleh pemerintah untuk mengikat dan melindungi individu yang ada
didalamnya.
Selain dari kalangan Realis, kritik
terhadap pemikiran Marxis ini juga muncul dari critical theory dari Frankfurt
School dimana dipelopori oleh Habermas. Menurutnya, keadaan manusia
dikembangkan dengan kemampuan etis dalam menciptakan tatanan masyarakat yang
bermartabat. Dengan berlandaskan pemikiran ini kemudian muncul pembaharuan dari
perspektif Marxisme yang kemudian dikenal dengan istilah Neo-marxisme.
Yang membedakan Strukturalisme dengan
pendahulunya adalah unsur-unsur konseptual dan sistematis mengenai konsep
klasifikasi kelas dan pemerataan distribusi. Pada perspektif Strukturalisme ini
sistem klasifikasi tidak hanya diterapkan pada sistem sosial tetapi juga sistem
internasional. Karenanya perspektif ini memiliki peranan dalam munculnya teori
dependensi dan teori sistem dunia ala Wallerstein. Teori dependensi membagi
negara-negara di dunia dalam dua kubu yaitu negara maju dan negara dunia
ketiga. Hubungan kedua negara tersebut konfliktual dan interdependensi dimana
hegemoni negara maju tidak dapat dihindari karena negara maju membutuhkan
adanya negara dunia ketiga untuk menunjukkan kekuasaannya, sedangkan negara
dunia ketiga tidak memiliki keberdayaan untuk melepaskan diri dari
ketergantungannya terhadap negara maju. Konsep teori dependensi ini kemudian
diadopsi oleh Wallerstein dimana negara maju disebut dengan negara core
sedangkan negara dunia ketiga disebut dengan negara periphery.
Teori sistem dunia ala Wallerstein ini
merupakan penerapan klasifikasi negara-negara di lingkup internasional dimana
negara core merupakan negara pemilik kapital, dominan hasil produksi dan
penguasa modal. Negara semi-periphery merupakan negara yang berperan untuk
menjaga keseimbangan antara negara core dengan negara periphery, sedangkan
negara periphery merupakan negara pemilik raw material yang biasanya menjadi
objek eksploitasi negara core.
Kesimpulan dan Kritik terhadap Marxisme dan
Strukturalisme
Pada intinya, kaum Marxis serta kaum
Strukturalis memandang adanya pembagian aktor-aktor, baik dalam sistem sosial
maupun sistem internasional, dalam dua kelompok dimana hubungan antara kedua
kelas tersebut berlangsung konfliktual dan cenderung eksploitatif. Relasi antar
kelas tidak pernah terjalin secara damai dikarenakan adanya eksploitasi
tersebut. Sistem internasional dipandang kaum Marxis sebagai absolute gain
dimana selalu terjadi upaya eksploitasi terselubung terhadap negara berkembang.
Impian kaum Marxis mengenai pemerataan tidak akan terwujud karena akan memicu
reaksi chaos. Hal tersebut dikarenakan tidak diakuinya kreativitas individu,
penghapusan hak asasi manusia, pembatasan ruang lingkup gerak individu, serta
memungkinkan sentralisasi faktor dan hasil produksi pada salah satu pihak dalam
pemerintahan. Selain itu kegiatan pemerataan hasil produksi pada kenyataannya
bukan malah menjadi solusi kesejahteraan akan tetapi malah menimbulkan hegemoni
baru sebab pihak yang bertugas membagi rata hasil produksi tersebut
memungkinkan untuk adanya kekuasaan baru di dalam komunitas tersebut. Hal
inilah yang tidak akan pernah terjawab oleh konsep ini dikarenakan sistem ala
Marxis ini tidak akan menimbulkan situasi damai yang permanen terutama jika
diterapkan di lingkup negara.
Konsep Marxism yang sebenarnya menghendaki
kebebasan sepenuhnya terhadap individu, dimana tidak ada yang memimpin dan yang
dipimpin, kemudian dibelokkan oleh negara-negara yang menggunakan konsep
komunis Marxis dalam sistem politik dan pemerintahan mereka. Negara-negara
tersebut (mis. Rusia dan Cina) kemudian memiliki satu orang pemimpin yang
sangat berkuasa dan memiliki absolute power dimana pemimpin tersebut mengatur
jalannya sistem kenegaraan mereka dan memiliki pemahaman sendiri mengenai
konsep komunis Marxis (mis. Leninisme, Stalinisme, Maoisme).
Komentar
Posting Komentar